Minggu, 26 Agustus 2012

Sejarah Tiong Jiu Pia (Kue Bulan)

Tiong Jiu Pia (Kue Bulan)

Kue bulan (Hanzi: 月餅, pinyin: yuèbǐng) adalah penganan tradisional Tionghua yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkien-nya, gwee pia atau tiong chiu pia.

Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.

Asal Mula

Kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan penghormatan pada leluhur di musim gugur, yang biasanya merupakan masa panen yang dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural.

Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur kepada penganan dan hadiah namun tetap terkait pada perayaan festival musim gugur tadi.

Beberapa legenda mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song. Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming berdiri.

Festival Kue Bulan adalah tradisi masyarakat Tionghoa yang dirayakan setiap tanggal limabelas bulan kedelapan Imlek. Festival ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. Masyarakat Tionghoa merayakaan “zhong qiu jie” ketika bulan berada pada puncak kecerahannya disepanjang tahun. Menurut legenda, Dewi Bulan yang tinggal di istana kaca, keluar untuk menari dibawah bayang – bayang bulan. Kisahnya berawal ketika pada suatu masa ada sepuluh matahari bersinar bersamaan diatas langit. Kaisar meminta seorang pemanah terkenal untuk menembak sembilan diantaranya.

Ketika tugas itu berhasil dilaksanakan, Dewi Surga Barat menghadiahkan sebutir obat hidup abadi pada sang pemanah. Istri sang pemanah menemukan obat itu tanpa sengaja dan meminumnya. Karenanya ia lalu diasingkan ke bulan. Menurut legenda, kecantikan istri sang pemanah mencapai puncaknya pada hari perayaan kue bulan.

Sekarang masyarakat Tionghoa merayakan festival ini dengan tari – tarian dan doa sambil menikmati keindahan sang bulan, tentunya sambil menyantap kue bulan. Meskipun ada banyak macam kue pada tradisi Tionghoa, kue bulan hanya dihidangkan pada perayaan kue bulan saja. Salah satu jenis kue bulan tradisional berisi pasta biji teratai. Dengan besar seukuran telapak tangan, kue bulan yang padat berisi biasa dipotong menjadi empat lalu dihidangkan. Ada yang berisi kuning telur asin ditengah, melambangkan bulan purnama dan rasanya sangat lezat.

Jenis yang lain ada yang berisi empat kuning telur (melambangkan empat fase bulan). Disamping pasta biji teratai, bahan isian lain yang sering dijumpai adalah pasta kacang merah dan kacang hitam. Ada juga kreasi lain yang eksotis, yaitu kue bulan berisi pasta teh hijau dan kue bulan berkulit salju (ping pei), salah satu variasi dari Asia Tenggara yang dibuat dari tepung beras ketan. Karena cara membuatnya yang cukup rumit, kebanyakan orang memilih membeli kue ini daripada membuatnya sendiri. Anda bisa menemukan kue ini di toko – toko kue khas Asia mulai pertengahan bulan Agustus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar